Rabu, 26 Mei 2010

PLS DALAM KERANGKA PSH

PLS DALAM KERANGKA PSH

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM KERANGKA PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

A. Pendahuluan

Kegiatan Pendidikan Luar Sekolah yang mencakup pendidika informal, non formal dan berfungsi menjadi mitra pendidikan formal merupakan perwujudan Pendidikan Sepanjang Hayat. Pendidikan informal yang diselenggarakan pada lingkup keluarga memainkan peran utama dalam memprakasai proses belajar sepanjang hayat yang berlangsung selam rentang waktu kehidupan seseorang. Selain pembelajaran diperoleh pula pembiasaan dan peneladanan, sebagai mitra pendidikan formal maksudnya Pendidikan Luar Sekolah dapat berfungsi sebagai substitusi, komplemen, dan suplemen serta dapat menjembatani ke dunia kerja. Pendidikan non formal yang diselenggarakan di masyarakat pada lembaga yang membantu peserta didik dimasyarakat sehingga selalu belajar tentang nilai, sikap, pengetahuan dan ketrampilan fungsional yang diperlukan untuk mengatualisasikan diri dan untuk mengembangkan masyarakat serta bangsa dengan selalu berorientasi pada kemajuan kehidupan masa depan.

Melihat cakupan yang sedemikian luas, Pendidikan Luar Sekolah tidak ditempatkan pada pilar pendidikan ketat, Pendidikan luar sekolah diletakan pada tatanan Pendidikan Sepanjang Hayat karena Pendidikan Sepanjang Hayat memberi arag agar PLS membantu peserta didik untuk mengembangkan diri melalui proses “pendewasaan” yang selalu berusaha menemukan kepuasan bagi diri individu di lingkuangan melalui aktualisasi diri, serta dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan untuk kebermaknaan diwaktu yang akan datang.

Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan pembahasan ini adalah untuk menganalisis pengertian, fungsi atau peran prgram Pendidikan luar sekolah dan posisinya dalam Pendidikan Sepanjang Hayat, serta jenis dan satuan pendidikan non formal di Indonesia.

B. Pendidikan Luar Sekolah dalam Kerangka Pendidikan Sepanjang Hayat

Sebagaimana telah dibahas dalam diskusi minggu yang lalau yaitu mengenai Konsep Pendidikan sepanajang hayat, maka pada kesempatan ini kelompok dua akan melanjutkan pada pokok bahasan berikutnya. Kelompok dua membahas tema Pendidikan Luar Sekolah dalam kerangka Pendidikan Seumur Hidup termasuk program-program Pendidikan Luar Sekolah.

Untuk mengkaitkan permasalahan yang dibahas pada pertemua minggu yang lalu berikut ini akan kami sampaikan beberapa pokok-pokok pikiran mengenai pendidikan sepanjang hayat dan belajar sepanjang hayat.

1. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat

a). Definisi, dan tujuan pendidikan sepanjang hayat/belajar sepanjang hayat.

Pengertian pendidikan sepanjang hayat dan belajar sepanjang hayat secara konsep saling mengisi dan tidak terpisahkan satu sama lain. Knapper & Kropley memberikan definisi sebagai berikut : “… lifelong education has been defined as a set of organisational, administrative, metodological, and procedural measures…” dan “ lifelong learning describes the habit of continuously learning throughout life, a mode of behavior” Menurut Sutaryat dalam Hand out: Pendidikan sepanjang hayat mengacu pada serangkaian faktor-faktor ekstrinsik, berorientasi penyediaan (suply) dengan mengidentifikasi kebutuhan (the needs) dan penyediaan peralatan (the means). Sedangkan belajar sepanjang hayat bersifat intrinsik, berorientasi permintaan dan sangat bergantung kepada motivasi dan kemampuan individu pembelajar.

Tujuan pendidikan sepanjang hayat adalah dalam rangka meningkatkan kualitas hidup, yaitu bahwa individu-individu dalam masyarakat dapat belajar dan semestinya terus belajar dan secara berkesinambungan berupaya mengikis kebodohan dan fatalisme.

b). Hakekat Pendidikan sepanjang hayat

Konsep pendidikan sepanjang hayat merupakan gagasan yang universal. Konsep pendidikan sepanjang hayat memandang pendidikan sebagai satu sistem yang menyeluruh yang di dalamya terkandung prinsip-prinisp penggorganisasian untuk pengembangan pendidikan.

Terjadinya perubahan yang begitu cepat terhadap kehidupan manusia dan keadaan jaman lebih-lebih dengan timbulnya gejala globalisasi yang seolah-olah sudah tidak mengenal batas ruang, waktu dan tempat ini merupakan tantangan tersendiri bagi manusia. Oleh karena itu untuk bisa bertahan dan menguasai nasib sendiri dalam kehidupan peranan pendidikan atau belajar sepanjang hayat diperlukan oleh setiap orang. Dalam hal ini belajar sepanjang hayat menjadi alat untuk membangun keseimbangan antara belajar dan bekerja, adaptasi yang terus-menerus untuk sejumlah pekerjaan dan untuk pelaksanaan kewarganegaraan yang aktif.

Berikutnya diungkapkan pula mengenai empat pilar pendidikan sepanjang hayat, yaitu merupakan empat sendi atau sokoguru pengetahuan sebagai landasan berpijaknya pendidikan non formal. Keempat pilar tersebut adalahpertama learning to know yaitu belajar untuk menguasai instrumen-instrumen pengetahuan. Kedua Learning to do (belajar berbuat) yaitu sebuah konsepsi bagaimana kita bisa berbuat dan melakukan atau mempraktekan dari apa yang sudah kita pelajari. Ketiga yaitu Learning to live together (belajar hidup bersdama, belajar hidup berasama orang lain yaitu konsepsi bagaimana kita bisa hidup bersama dengan orang laing yang memiliki latar, budaya, sosial, ekonomi dan agama dan keaneka ragaman yang berbeda-beda. Dan pilar yang keempat adalahlearning to be (belajr menjadi seseorang artinya adalah bahwa pendidikan harus bisa menyumbangkan perkembangan yang seutuhnya kepada setiap orang baik dalam jiwa raga, itelegensia, kepekaan, rasa, estetika tanggung jawab pribadi dan nilai-nilai spiritual. Keempat pilar pendidikan tersebut dijadikan landasan untuk pencapaian tujuan pendidikan sepanjang hayat.

Hal lain yang sudah dibahas adalah mengenai teori pendidikan sepanjang hayat dimana diungkapkan mengenai pendekatan teori ekonomi sebagai salah satu pendekatan terhadap konsepsi pendidikan sepanjang hayat. Serta dibahas pula mengenai beberapa perkembangan pendidikan sepanjang hayat dibeberapa negara berkembang dan negara industri.

Djudju Sudjana menambahkan tentang hakekat pendidikan sepanjang hayat, sebagaimana dijelaskan oleh UNESCO Institute for Education (1979), memberikan arahan supaya pendidikan non formal dikembangkan di atas prinsip-prinsip pendidikan sebagai berikut:

  1. pendidikan hanya berakir apabila manusia telah meninggalkan dunia fana ini.
  2. Pendidikan sepanjang hayat merupakan motivasi yang kuta bagi peserta didik untuk merencanakan dan melakukan kegiatan gelajar secara terorganisasi dan sistematis.
  3. Kegiatan belajar ditujukkan untuk memperoleh, memperbaharui, dan atau miningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang telah dimiliki dan yang mau atau tidak mauh harus dimiliki oleh peserta didik.
  4. Pendidikan memiliki tujuan-tujuan berangkat dalam memenuhi kebutuhan belajar dan dalam mengembangkan kepuasan diri setiap insan yanglakukan kegiatan belajar.
  5. Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan manusia, baik untuk memotivasi diri maupun untuk meningkatkan kemampuannya, agar manusia selalu melakukan kegiatan belajar guna memenuhi kebutuhan hidupnya..
  6. Pendidikan nonformal mengakuai eksistensi dan pengingnya pendidikan formal serta dapat menerima pengaruh dair pendidikan formal karena kehadirannya kedua jalur pendidikan ini untuk saling melengkapi dan saling mendukung antara satu dengan yang lainnya.

c). Dimensi Pendidikan sepanjang hayat.

Belajar sepanjang hayat adalah suatu proses yang terus menerus untuk setiap orang dengan menambah dan menyesuaikan pengetahuan dan keterampilannya, serta pertimbangan dan kemampuan untuk tindakannya. Hal itu harus mamampukan manusia untuk menjadi sadar akan diri sendiri dan lingkunganya, dan untuk memainkan peranan sosial dalam pekerjaan dan dalam lingkungan masyarakat. Pengetahuan, ketrampilan kerja, pemahaman baaimana hidup dengan orang lain, dan keterampilan-keterampilan hidup, merupakan empat aspek yang terkait sangat erat dari realita yang sama.

d). Karakteristik pendidikan sepanjang hayat :

Menurut R. H. Dave (dalam Hawes, HWR. 1975; 93-106) mengemukakan duapuluh karakteristik pendidikan sepanjang hayat, sebagai berikut :

1). Konsep mendasar Pendidikan sepanjang hayat (kehidupan, sepanjang hayat, pendidikan)

2). Pendidikan merupakan sepanjang hayat.

3). Pendidikan bukan hanya orang dewasa saja, tetapi semua tingkatan, TK, SD, SLTP, SLTA, PT dan lainnya.

4). Pendidikan sepanjang hayat meliputi pola formal dan non formal.

5). Rumah berperan penting dalam pendidikan sepanjang hayat.

6). Masyarakat bagian penting Pendidikan sepanjang hayat, dri mulai anak berinteraksi dalam masyarakat sampai kehidupan umum.

7). Lembaga pendidikan seperti sekolah, universitas, dan pusat pelatihan sebagai bagian penting untuk perantara pendidikan sepanjang hayat.

8). Pendidikan Sepanjang Hayat berkelanjutan dan berartikulasi melalui dimensi longitudinal.

9). Pendidikan sepanjang hayat berintegrasi pada dimensi horisontal dan mendalam pada setiap tingkat kehidupan.

10). Pendidikan sepanjang hayat bersifat umum dan demokratis.

11). Pendidikan sepanjang hayat fleksibel dan beraneka isis, teknik, adat belajar, dan waktu belajarnya.

12). Pendidikan sepanjang hayat dinamis dan memberikan penyesuaian bahan dan media belajar bila ada perkembangan baru.

13). Pendidikan sepanjang hayat memberikan pola dan bentuk belajar yang beraneka ragam.

14). Komponan Pendidikan sepanjang hayat yaitu umum dan profesional.

15). Pendidikan sepanjang hayat mengembangkan fungsi inovatif dan adaptif individu dan masyarakat.

16). Pendidikan sepanjang hayat melaksanakan fungsi perbaikan

17). Tujuan pokok pendidikan sepanjang hayat menjaga dan meningkatkan kualitas hidup.

18). Sjyarat pendidikan sepanjang hayat yaitu kesempatan, motivasi, dan kemampuan belajar.

19). Pendidikan sepanjang hayat suatu pengorganisasian mendasar untuk semua pendidikan.

20). Pendidikan sepanjang hayat memberikan sistem menyeluruh dari semua pendidikan pada tingkat operasional.

2. Konsep Pendidikan Luar Sekolah

a. Pengertian

Menurut UU no 2 tahun 1989 dan PP No. 73 tahun 1991, bahwa pendidikan diselenggarakan di dua jalur, yaitu jalur sekolah dan danjalur luar sekolah. Menurut Sutaryat dalam Handout perkuliahan mendifinisikan; Pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar jalur (atau sistem) pendidikan sekolah, baik dilembagakan maupun tidak dilembagakan, yang tidak harus berjenjang dan bersinambung. Dalam UU Sisdiknas tahun 2003 istilah pendidikan formal, nonformal dan informal dipergunakan kembali. Dijelaskan bahwa pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan di jalur non formal dan informal.

b. Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah

Untuk mengetahui lebih mendalam tentang pendidikan luar sekolah maka dapat kita ketahui dari karakteristiknya. Karakteristik pendidikan luar sekolah antara lain :

  1. Bertujuan untuk memperoleh keterampilan yang segera akan dipergunakan. Pendidikan luar sekolah menekanakn pada belajar yang fungsional yang sesuai dengan kebutuhan dalam kehidupan pseserta didik.
  2. Berpusat pada peserta didik. Dalam pendidikan luar sekolah dan belajar mandiri, peserta didik adalah pengambilan inisiatif dan mengontrol kegiatan belajarnya.
  3. Waktu penyelenggaraan relatif singkat, dan pada umumnya tidak berkesinambungan.
  4. Menggunakan kurikulum kafetaria. Kurikulum bersifat fleksibel, dapat dimusyawarahkan secara terbuka, dan banyak ditentukan oleh peserta didik.
  5. Menggunakan metode pembelajaran yang partisipatif, dengan penekanan pada belajar mandiri.
  6. Hubungan pendidik dengan peserta didik bersifat mendatar. Pendidik adalah fasilitator bukan yang menggurui. Hubungan di antara kedua pihak bersifat informal dan akrab, peserta didik memandang fasilitator sebaga nara sumber dan bukan sebagai instruktur.
  7. Penggunaan sumber-sumber lokal. Mengingat sumber-sumber untuk pendidikan langka, maka diusahakan sumber-sumber lokal digunakan seoptimal mungkin.

c. Fungsi Pendidikan Luar Sekolah

Dapat dijelaskan bahwa PLS dapat berfungsi pada jalur pendidikan sekolah dan juga berfungsi dalam jalur dunia kerja, serta berfungsi dalam kehidupan. Berdasarkan hal tersebut maka fungsi pendidikan luar sekolah antara lain :

  1. Pendidikan luar sekolah berfungsi sebagai substitusi pendidikan sekolah.
  2. Pendidikan luar sekolah berfungsi sebagai komplemen pendidikan sekolah.
  3. Pendidikan luar sekolah berfungsi sebagai suplemen pendidikan sekolah.
  4. Pendidikanl luar sekolah berfungsi sebagai jembatan memasuki dunia kerja.
  5. Pendidikan luar sekolah sebagai wahana untuk bertahan hidup dan mengembangkan kehidupan.
  1. Program-program Pendidikan Luar Sekolah

Setelah kita ketahui pengertian, karakteristik serta fungsi dari pendidikan luar sekolah, maka untuk melengkapi pemahaman menyeluruh terutama bagaimana implementasinya di lapangan (di masyarakat), maka perlu ditunjukkan pula program-program pendidikan luar sekolah tersebut.

Program-program PLS meliputi :

  1. 1. Pendidikan berkelanjutan (continuing education)

Jenis-jenis pendidikan berkelanjutan :

  1. Program pasca keaksaraan
  2. Program pendidikan kesetaraan
  3. Program pendidikan peningkatan pendapatan
  4. Program peningkatan mutu hidup
  5. Program pengembangan minat individu
  6. Program berorientasi masa depan.
  1. 2. Pendidikan orang dewasa (adult education)

Jenis pendidikan orang dewasa antara lain :

  1. program keaksaraan (adult literacy)
  2. program pasca keaksaraan (pasca pendidikan dasar bagi orang dewasa)
  3. pendidikan pembaharuan.
  4. Pendidikan kader organisasi
  5. Pendidikan populer.
  1. 3. Program-program Pendidikan Luar Sekolah yang diselenggarakan di masyarkat.

Meliputi :

  1. pendidikan keaksaraan (pemberantasan buta aksara).
  2. Pendidikan anak usia dini
  3. Pendidikan kesetaraan.
  4. Pendidikan pemberdayaan perempuan
  5. Pendidikan keterampilan hidup
  6. Pendidikan kepemudaan
  7. Pembinaan kelembagaan pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan masyarakat (kursus-kursus).
  1. Pembahasan Pendidikan Luar Sekolah dalam kerangka pendidikan sepanjang hayat.

Dewasa ini pendidikan semakin menempati raung lebih besar dari kehidupan manusia dan peranannya semakin meningkat di antara kekuatan-kekuatan yang mengatur masyarakat modern. Beberapa alasan yang melatari peranan pendidikan yang semakin besar antara lain:

(1). Pembagian kehidupan tradisional yang mmembagi kehidupan manusia menjadi masa kanak-kanak, dan pemuda (digunakan untuk pendidikan) masa dewasa (masa untuk bekerja), dan akhirnya masa pensiun, tidak relevan lagi dengan dengan tuntutan kenyataan dan tuntutan masa depan.

(2). Pendidikan juga berubah cepat. Waktu belajar sekarang ini adalah seluruh waktu hidup manusia. Di dalam dunaia, dimana tingkat perubahan terjadi dengan pesat dan globalisasi berlangsung dengan mengubah hubungan-hubungan perorangan dalam ruang yang tanpa sekat dan waktu yang tidak terbatas, maka pendidikan sepanjang hayat diperluakan oleh siapapun untuk tetap menguasai nasib sendiri, bertahan hidup dan meningkatkan kehidupan.

Gagasan awal pendidikan sepanjang hayat yang menandaskan bahwa individu dalam masyarakat dapat belajar dan semestinya terus belajar, dan secara berkesinambungan berupaya mengikis kebodohan dan fatalisme, mengandung tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup. Dalam pencapain tujuan tersebut muncul gagasan learning to be (belajar menjadi seseorang) dan learning society (masyarakat belajar).

Learning to be menjadi tujuan dari belajar berfikir, belajar menjadi warga negara yang produktif, belajar berbuat dan bertingkah laku sebagai warga negara yang baik.

The learning society adalah masyarakat yang di dalamnya terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan lembaga-lemba non pendidikan yang secara potensial dan nyata memberikan pelayanan pendidikan kepada warga masyarakat yang membutuhkan.

Pendidikan luar sekolah, sebagai salah satu jenis pendidikan, memiliki keterkaitan dengan pendidikan sepanjang hayat, dimana keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk bertahan hidup dan mempertahankan kehidupannya, serta untuk meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan luar sekolah memiliki fungsi dalam kaitan dengan pendidikan sekolah, dan dalam kaitan dunia kerja serta dalam kaitan dengan kehidupan.Dalam kaitannya dengan kegiatan pendidikan sekolah, fungsi pendidikan luar sekolah adalah sebagai subtitusi, komplemen dan suplemen. Dalam kaitannya dengan dunia kerja, pendidikan luar sekolah berfungsi sebagai kegiatan yang menjembatani seseorang masuk ke dunia kerja. Dan dalam kaitannya dengan kehidupan, pendidikan luar sekolah berfungsi sebagai wahan untuk bertahan hidup dan mengembangkan kehidupan seseorang.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pendidikan Luar sekolah dalam kerangka pendidikan sepanjang hayat:

  1. Pada hakekatnya adalah melihat keterkatian dan hubungan antara komponen fungsi-fungsi, karakteristik dan tujuan PLS dalam konstalasi pendidikan sepanjang hayat. Artinya unsur-unsur tadi memiliki keterkaitan dan hubungan yang erat dengan aspek dan komponen yang ada dalam Pendidikan sepanjang hayat.
  1. Bahwa pendidikan persekolahan punya beban yang begitu besar, dan dikhawatirkan tidak bisa tertangani semua maka pendidikan secara umum diletakan dalam konteks Pendidikan sepanjang hayat, melalui pengembangan program-program PLS, karena dengan keluasan dan keragaman progsram-program pada PLS sangat dimungkinkan akan mengantarkan individu kepada dimensi pendidikan sepanjang hayat.

D. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

  1. Program Pendidikan Luar Sekolah yang meliputi program nilai, pengetahuan dan ketrampilan yang kesemuanya ini merupakan bekal seseorang dalam menjalani hidup dan kehidupan untuk meningkatkan kualitas kehidupannya dan kebermaknaan di waktu yang akan datang, dengan demikian telah mengantarkan seseorang ke dalam dimensi Pendidikan Sepanjang Hayat.
  2. Dengan karakteristiknya yang bermacam-macam, diantaranya tidak terstruktur dan terorganisasikan secara ketat sperti pendidikan formal akan memberi peluang bagi setiap individu untuk memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan.

Berdasarkan kesimpulan tersebut maka dapat dirumuskan asumsi sebagai berikut : Bahwa tatanan dimensi Pendidikan Luar Sekolah akan mendukung dimensi Pendidikan Sepanjang Hayat jika dalam perencanana dan pelaksanaan program-program Pendidikan Luar Sekolah didukung oleh 4 pilar Pendidkan.

Daftar Pustaka

Hatton, Michael J, (1997), Lifelong learning; Policies, Practices, and Programs, APEC Publication, Canada.

Kaple, SN; ( ); Change For Children; Ideas and Activities for Individualizing learning, Goodyear Publishing Compani, Inc. California.

Kusumah, Inu Hardi dkk (2004); Quo Vadis Pendidikan Sepanjang Hayat dan dan Belajar Sepanjang Hayat, Makalah, PLS S2, UPI Bandung.

Sudjana, Djudju, (2004); Pendidikan Non Formal, Fallah Production, Bandung

_______ (2004); Manajemen program Pendidikan; Fallah Production, Bandung

Trisnamansyah, S, (2004), Filsafat, Teori dan Konsep Pendidikan Luar Sekolah, Handout Perkuliahan, Program PLS PPS UPI, Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar